www.jurnalkota.co.id
Oleh: Rut Sri Wahyuningsih
Institut Literasi dan Peradaban
Serangkaian bencana kembali melanda Tanah Air. Di Banjarnegara, Tapanuli Raya, kawasan sekitar Gunung Semeru, hingga Pekalongan, masyarakat menghadapi bencana hidrometeorologi dan geologi yang terjadi berturut-turut. Di tengah duka itu, perhatian dunia juga tertuju pada Gaza, wilayah yang hingga kini terus diguncang krisis kemanusiaan.
Badan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA) melaporkan bahwa hujan yang mengguyur Gaza memperparah kondisi pengungsian yang sudah sangat memprihatinkan (Antaranews.com, 15/11/2025). Ribuan keluarga terpaksa bertahan di tenda-tenda darurat yang rusak diterjang cuaca ekstrem. Bantuan peralatan hunian menjadi kebutuhan mendesak, sementara akses masuk bantuan ke Gaza terus terhambat.
Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini dalam pidatonya di hadapan Komite Keempat Majelis Umum PBB memaparkan bahwa lembaganya menghadapi krisis keuangan sangat serius. Meski telah melakukan penghematan hingga 150 juta dolar AS sepanjang 2025, UNRWA tetap terancam mengalami defisit akut. Tanpa suntikan dana signifikan, pelayanan krusial bagi jutaan pengungsi terancam terhenti.
UNRWA saat ini menyediakan sekitar 40 persen layanan kesehatan primer di Gaza, didukung 12.000 tenaga kerja dan kepercayaan masyarakat yang kuat. Namun operasional mereka bukan hanya terhambat persoalan finansial, tetapi juga tekanan politik, termasuk undang-undang yang diberlakukan Knesset Israel pada 2024 yang memaksa staf internasional keluar dari wilayah pendudukan dan memblokir distribusi bantuan (Antaranews.com, 14/11/2025).
Di lapangan, situasi semakin memburuk. Musim dingin disertai badai membuat tenda-tenda pengungsian roboh dan hanyut. Di sisi lain, apa yang disebut sebagai “gencatan senjata” sejak 10 Oktober tak mencerminkan kondisi yang benar-benar damai. Sedikitnya 260 warga Palestina dilaporkan tewas dan lebih dari 630 orang luka-luka dalam rentang waktu tersebut.
Penjajahan Harus Diakhiri
Gencatan senjata bukanlah penyelesaian. Selama akar persoalan penjajahan tidak diselesaikan, Gaza akan terus berada dalam lingkaran penderitaan. Ketergantungan total terhadap bantuan luar membuat Gaza rentan terhadap tekanan politik dan blokade yang diberlakukan penjajah.
Pemberitaan yang timpang juga memperparah keadaan. Banyak laporan yang menggambarkan kondisi Gaza “baik-baik saja”, padahal fakta lapangan menunjukkan penderitaan yang semakin mendalam. Para jurnalis lokal yang semestinya menjadi sumber informasi justru banyak yang gugur akibat agresi, sehingga dunia hanya menerima narasi yang dikehendaki pihak Zionis.
UNRWA sering diposisikan sebagai wajah kemanusiaan dalam konflik, tetapi lembaga ini sebenarnya tidak memiliki sumber dana solid hanya bergantung pada kontribusi para donor, termasuk Amerika Serikat. Tak heran jika lembaga ini rentan terhadap tekanan politik dan defisit berkepanjangan.
Solusi ala Barat selama puluhan tahun terbukti tidak pernah mampu menghentikan penderitaan rakyat Palestina. Upaya politik internasional hanya mengulang pola lama yang tidak menyentuh akar masalah: keberlanjutan penjajahan.
Hanya Jihad dan Khilafah, Menurut Penulis, Menjadi Solusi Hakiki
Para pemimpin negara-negara muslim selama ini cenderung hanya mengeluarkan kecaman tanpa tindakan nyata. Dalam pandangan penulis, umat Islam seharusnya kembali merujuk pada ajaran Islam secara menyeluruh bukan sebatas ranah ritual, tetapi juga sebagai sistem kehidupan yang menawarkan solusi politik dan keamanan.
Penulis menegaskan bahwa Gaza membutuhkan jihad dan kepemimpinan Khilafah sebagaimana disabdakan Rasulullah SAW:
“Sesungguhnya imam (khalifah) itu laksana perisai; orang-orang berperang di belakangnya dan berlindung dengan kekuasaannya.” (HR Muslim)
Khilafah, dalam perspektif penulis, merupakan institusi yang mampu menjadi perisai bagi umat, menghapus penjajahan, menjaga keamanan dalam negeri, serta mencegah ancaman yang membahayakan rakyat.
Karena itu, penulis menilai solusi hakiki bagi Palestina hanya dapat ditempuh melalui dakwah politik Islam yang membangkitkan kesadaran umat tentang fungsi Islam sebagai sistem hidup meliputi pendidikan, sosial, ekonomi, hingga negara. Kesadaran ini diyakini akan melahirkan perjuangan yang mampu menghentikan penjajahan dan menegakkan aturan Allah secara menyeluruh.
Wallahu a’lam.







