Tragedi Belawan dan Sistem yang Gagal Menjaga Aman

Jasa Pembuatan Lagu

www.jurnalkota.co.id

Oleh: Alia Salsa Rainna
Aktivis Muslimah

Ketika hukuman tak lagi menimbulkan efek jera, peluru pun seolah bebas mencari korban baru. Tragedi memilukan kembali terjadi di Belawan. Seorang pemuda bernama Asbi Azzubah tewas ditembak orang tak dikenal menggunakan senapan angin di Jalan Kakap, Simpang Jalan Sepat, Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan (Pos Metro Medan, 7 Oktober 2025).

Peristiwa ini terjadi menjelang waktu Magrib. Menurut keterangan saksi mata, dua pria berboncengan sepeda motor melintas dan salah satunya menembak punggung korban sebelum melarikan diri. Warga sempat menolong dan membawa korban ke rumah sakit, namun nyawanya tak tertolong.

Potret Lemahnya Pengawasan dan Pudarnya Nilai Moral

Peristiwa ini bukan sekadar tindak kriminal semata. Seorang warga, A. Sitompul, menyebut kejadian tersebut sebagai bentuk pembunuhan terencana. Ia mengecam keras tindakan itu dan mendesak aparat segera menangkap para pelaku.

Kasus ini mencerminkan lemahnya pengawasan sosial, rusaknya moral, dan beratnya tekanan ekonomi yang dihadapi masyarakat. Ketika nilai-nilai agama mulai memudar dan kesempatan kerja kian sempit, muncul berbagai persoalan sosial yang berakar dari sistem kehidupan yang tak berpihak pada kemanusiaan.

Sistem yang berjalan saat ini telah gagal menumbuhkan rasa tanggung jawab dan kepedulian sosial. Hukum lebih berperan sebagai alat pengatur, bukan penjaga moral. Akibatnya, kekerasan dan kejahatan menjadi fenomena yang kian dianggap lumrah di tengah masyarakat.

Sistem Sekuler dan Hilangnya Arah Kehidupan

Sistem sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan membuat manusia kehilangan arah dan makna hidup. Ketika hukum tak lagi berlandaskan nilai ketakwaan, maka kepentingan duniawi menjadi ukuran utama. Nyawa manusia pun seolah kehilangan nilai, mudah direnggut karena emosi, dendam, atau sekadar pelampiasan frustrasi hidup.

Padahal, keamanan dan ketertiban sejatinya lahir dari sistem yang menanamkan ketakwaan, menegakkan keadilan, serta menjamin kesejahteraan. Ketika sistem ekonomi gagal menyediakan lapangan kerja dan sistem sosial tidak membina nilai-nilai iman, akan lahir generasi yang keras, individualistis, dan mudah melakukan kekerasan.

Islam Menjaga Nilai Kehidupan

Allah Swt. berfirman dalam QS. Al-Isra: 33:

“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), kecuali dengan alasan yang benar.”

Ayat ini menegaskan bahwa setiap tumpahan darah tanpa hak adalah dosa besar. Dalam Islam, perlindungan terhadap nyawa merupakan salah satu tujuan utama syariat.

Dalam negara yang menegakkan hukum Islam, pelaku pembunuhan dijatuhi hukuman yang setimpal, yaitu qishash. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Baqarah: 179:

“Dan dalam qishash itu ada (jaminan) kehidupan bagimu, wahai orang-orang yang berakal, agar kamu bertakwa.”

Hukum qishash bukanlah bentuk balas dendam, melainkan upaya menjaga kehidupan dan menegakkan keadilan.

Sistem yang Menjamin Rasa Aman

Islam bukan hanya agama ritual, tetapi juga sistem kehidupan yang menyeluruh, meliputi aspek sosial, ekonomi, dan pendidikan. Dengan hukum yang adil dan tegas, masyarakat akan merasa aman, dan pelaku kejahatan akan berpikir seribu kali sebelum berbuat kriminal.

Keamanan sejati tidak akan terwujud tanpa sistem yang berpijak pada nilai keimanan. Ketika aturan manusia menggantikan aturan Allah, maka kezaliman mudah menjalar. Islam menawarkan solusi menyeluruh: membina ketakwaan melalui pendidikan, menutup celah kejahatan dengan sistem ekonomi yang adil, dan menegakkan hukum tanpa pandang bulu.

Hanya sistem seperti inilah yang mampu menjaga darah manusia agar tetap suci dan terhormat.

Wallahu a’lam bishshawab.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *