Jakarta, Jurnalkota.co.id
Presiden Prabowo Subianto menyatakan terus memantau perkembangan program Makan Bergizi Gratis (MBG) setiap hari melalui laporan jajaran terkait. Hingga pertengahan Agustus 2025, jumlah penerima manfaat program ini telah melampaui 20 juta orang.
“Saya sengaja mengawasi langsung setiap hari agar laporan kendala di lapangan bisa segera saya terima,” ujar Presiden saat meresmikan Gedung Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RSPON) Prof Dr dr Mahar Mardjono, di Jakarta, Selasa (26/8/2025).
Prabowo juga menyoroti adanya laporan makanan basi hingga beracun. Ia meminta Badan Gizi Nasional (BGN) merespons cepat dan segera mencari solusi atas persoalan tersebut.
Ketua Mubarok Institute, Fadhil As Mubarok atau Gus Fadhil, mendesak pemerintah bertindak cepat agar citra program MBG tidak tercoreng. Ia mengusulkan pendirian Dapur Sekolah MBG di setiap sekolah.
“Dengan dapur berada di lingkungan sekolah, penyajian akan lebih cepat dan masyarakat sekitar bisa ikut terlibat, termasuk para pemilik kantin. Pemerintah harus satset menyikapi masalah ini,” kata Gus Fadhil, Rabu (28/8/2025).
Program MBG sendiri menyasar empat kelompok utama: anak-anak sekolah, balita, ibu hamil, dan ibu menyusui. Pemenuhan gizi pada kelompok ini dinilai krusial untuk mendukung tumbuh kembang anak, mencegah stunting, serta menjaga kesehatan ibu dan bayi.
Namun, implementasi di lapangan masih menghadapi kendala. Kajian Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) menyebut pemerintah daerah belum sepenuhnya siap, baik dari sisi regulasi maupun petunjuk teknis.
CEO CISDI, Diah Satyani Saminarsih, menilai skema kemitraan pengelolaan dapur MBG belum transparan. “Ada dapur yang dikelola yayasan, ada pula koperasi. Bahkan yayasan bisa berkontrak dengan katering sebagai subkontraktor,” ujarnya.
Kunjungan Komisi IX DPR ke dapur MBG di Gorontalo juga menemukan kesenjangan fasilitas antara dapur lama dan baru. Wakil Ketua Komisi IX, Nihayatul Wafiroh, mengingatkan perlunya memperkuat rantai pasok, penyimpanan, keamanan, hingga kualitas makanan.
Menurut Gus Fadhil, evaluasi menyeluruh tetap diperlukan agar program terus berjalan. “Kasus makanan basi dan beracun paling banyak disorot publik. Penyebabnya karena makanan terlalu lama dalam wadah. Solusinya, dapur sekolah agar makanan tetap segar saat disajikan,” ujarnya. (*)







